Selasa, 16 November 2010

MATA HATI YANG TAJAM

Syekh Atha’ as-Silmi dikenal sebagai guru mengaji yang tulus. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang yang pandai menenun pakaian. Sekali dalam seminggu, ia membawa hasil tenunannya ke pasar untuk dijual. Syekh Atha’ as-Silmi sangat yakin bahwa tenunannya sangat apik dan tak ada cacat.
Di tengah hiruk-pikuk keramaian pasar, kalimat tasbih dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan napasnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekat dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut adalah seorang penjahit. Kemudian, orang itu berkata, “Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya, ini, ini, dan ini.”
Dengan tanpa kata, Syekh Atha’ menyahut pakaiannya dari tangan orang itu. Kemudian, dia duduk dan menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat Syekh Atha’ menangis. Namun, penyesalan tampak di wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf bila ucapan tadi melukai hati. Dan, dia mau membeli tenunan itu berapa pun harganya.
Kemudian, Syekh Atha’ berkata, “Sebab yang menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini. Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu, aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak ada cacat di dalamnya.
Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah, Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!”
Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang bertakwa, sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah. Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal itu, dapat menyebabkan berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan yang dikerjakan. Jika itu terjadi, niscaya sia-sialah amal ibadahnya.
Imam Ibnu Jauzi menuturkan, “Ketakwaan dan keimanan akan mempertajam mata hati pelakunya. Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar, ia akan dapat mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya musim kemarau mengingatkan pada api neraka, gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam kubur, hawa sejuk dan indahnya musim semi mengilhami untuk mencari rezeki yang halal.”
Ketajaman mata hati hanya dapat diasah dengan taqarrub, mujahadah, dan bertawakal kepada Allah. Maka, tidak heran jika ada beberapa alim ulama yang mampu menguak rahasia di balik peristiwa karena mereka memiliki mata hati yang tajam. [ Hikmah Republika ]

Jumat, 12 November 2010

KETAJAMAN MATA HATI


1》TAUBAT
¤ Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yg beriman, mudah-mudahan kalian menjadi orang yg beruntung (QS. An Nur 31)
¤ Dan barang siapa yg tidak bertobat maka mereka adalah orang-orang zalim (QS. Al Hujurat 11)

2》RELA => berlapang dada, tenang dalam menghadapi ketentuan Allah SWT dan menerima ketentuan itu tanpa adanya harapan untuk terbebas dari kesakitan dan penderitaan

3》SABAR => menahan diri dan berusaha mencegahnya dari perasaa marah dan kesal serta sakit hati dikala merasakan sakitnya terkena musibah/bencana sambil berharap segera hilang dari dirinya.

4》IKHLAS => mengerjakan amal perbuatan atau ibadah semata-mata hanya untuk mengharap keridhoan Allah, segala dilakukan hanya karena Allah.
"Dan tiada diperintahkan mereka, melainkan supaya mereka beribadat kepada Allah dg mengikhlaskan agama kdpadaNya, lagi bersikap lurus. (QS. Al Bayyinah 5)

5》TAWAKAL => menyerah tanpa pamrih sepenuhnya, pasrah dan berpegang teguh pada Allah SWT.
¤ Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. (QS. Ath Thalaq 3)

6》ISTIGHFAR => menundukkan jiwa,hati maupun pikiran kepada Allah seraza memohon ampun dari segala dosa dan kesalahan yg pernah dikerjakan.
¤ Dan beristighfarlah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al Muzammil 20)
Back to 'Kematian Hati'
mata.hati